Kota Solo Darurat Air Bersih
Solo - Kota Solo darurat air bersih karena sebagian besar sungai dan sumur yang ada di kota itu telah terkontaminasi bakteri escherichia coli (E-coli). Menurut Kepala Bappeda Solo, Ahyani, salah satu penyebab terkontaminasinya air bersih itu karena masyarakat tak memperhitungkan jarak antara septictank dengan sumber air tanah, seperti teknis pembuatannya yang tidak standar.
“Akibatnya resapan limbah ke dalam tanah cukup tinggi. “Kami sebenarnya sudah berusaha untuk menghindari dengan membangun sistem pipa terhubung dengan instalasi pengolahan air limbah tetapi sampai saat ini baru mencakup 13,5 persen wilayah Kota Solo,” kata Ahyani dalam Workshop Jurnalistik Sanitasi, Selasa (27/1/2015)
Menurut Ahyani, hampir semua sungai di Solo seperti Sungai Gajah Putih, Jenes, Kali Anyar, Pepe, Brojo dan lainnya tercemar bakteri tersebut. Sumber pencemaran sungai berasal dari limbah rumah tangga dan industri kecil yang belum memiliki pengelolaan limbah.
Ditambahkan Ahyani, sumur milik warga yang tercemar bakteri E-coli mencapai 80 persen. Padahal, sebagian besar warga di Solo masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
“Ada tujuh kelurahan dari 51 kelurahan yang berdasarkan pemetaan kami sudah masuk zona merah,” tandasnya.
“Pemerintah Kota Solo akan menggunakan bantuan ini untuk membangun MCK Komunal, pengolahan limbah komunal dan instalasi penyediaan air bersih,” tambah Ahyani.
Menurut perwakilan Indonesia Infrastructure Initiative (IndII), Nur Fadrina Mourbas dana hibah dari Australia itu dipergunakan untuk pengolahan sarana air limbah dan pembangunan sarana sanitasi. Diharapkan dari program ini akan memperbaiki sanitasi tidak kurang dari 2.500 keluarga, disamping terbangunnya sarana pengolahan air limbah terpusat yang mencakup 1.500 keluarga.
Penulis: 157/CAH
Sumber:Suara Pembaruan
Tidak ada komentar