Politisi Gerindra: Indonesia adalah Rumah Bersama
Jakarta - Politisi Partai Gerindra Martin Hutabarat mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah rumah bersama untuk seluruh warga Indonesia. Sebagai rumah bersama, tidak boleh ada diskriminasi dengan kelompok dan golongan seperti SARA.
"NKRI adalah keputusan final dari sebuah perundingan yang panjang dari para pendiri negara ini," ujar Martin dalam acara seminar yang bertemakan "Pemuda Katolik Sebagai Oikos Habitus Kader Bangsa dan Gereja" yang diselenggarakan Pengurus Pusat Pemuda Katolik di Gedung Juang, Jakarta Pusat, Jumat (21/11).
Dalam acara tersebut, hadir juga sebagai pembicara adalah Wakil Ketua MPR Oesman Sapto Odang, politisi PDI-P Andreas Hugo Pareira, politisi PKB Lukman Edy, dan Koordinator Formappi Sebastian Salang.
Menurutnya, generasi muda harus merawat persatuan yang berlandaskan Pancasila. Generasi muda, lanjutnya, harus menjadi kader pemersatu bangsa.
"Generasi muda harus mampu melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila,"katanya.
Sementara, politisi PKB Lukman Eddy, mengatakan, bahwa toleransi masih terjadi pasang surut di Indonesia. Hal itu, menurutnya, sudah mulai terlihat dalam sejarah pembentukan NKRI.
"Misalnya, dulu ada pertentangan soal ideologi, ada yang menginginkan negara berdasarkan Pancasila dan yang lain menginginkan negara berdasarkan agama," katanya.
Dalam konteks ini, lanjutnya, peran pemuda harus kritis, dasar negara mana bisa mengikat persatuan itu, apakah yang berdasarkan agama atau berdasarkan Pancasila. Menurutnya, Bung Karno menyerukan bahwa negara Indonesia bukan negara agama tetapi negara sekuler.
"Namun, beragama dalam kehidupan berbangsa harus bersifat kebudayaan. Artinya negara wajib melindungi dan menghargai semua agama dan pemeluk yang ada di dalamnya," jelasnya.
Lukman juga mengutarakan, bahwa Indonesia adalah negara yang berkultur gotong royong, persaudaraan, persatuan, dan kesatuan. Dengan menegakkan prinsip ini, toleransi antara umat beragama mudah terwujud.
"Hendaklah kita menjadikan perbedaan sebagai modal utama untuk persatuan dan kesatuan," pungkasnya.
Penulis: Yustinus Paat/EPR
Tidak ada komentar