Tingkatkan Performa, Atlet Indonesia Harus Terapkan Sains Olahraga


Jakarta - Atlet Indonesia harus terapkan sport science (sains olahraga) agar mampu bersaing dengan atlet dari negara lain. Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terbukti meningkatkan performa dan prestasi olahragawan di banyak negara.


Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kempora, Joko Pekik Irianto, mengatakan sport science perlu untuk mengembangkan performa tinggi atlet khususnya fisik, teknik, taktik dan psikis.


Namun sayangnya, masih banyak pelatih di Tanah Air tidak mau menerapkan sport science karena menganggap iptek justru mempersulit pekerjaannya.


“Tanpa memanfaatkan sport science, prestasi olahraga atlet Indonesia akan terus tertinggal dari negara lain. Hingga kini masih ada pelatih yang menganggap iptek hanya sebagai bumbu olahraga. Padahal, iptek harus dijadikan sebagai bahan baku untuk pencapaian prestasi olahraga,” katanya di kantor Kemenpora Jakarta, Kamis (18/12).


Sport science merupakan disiplin ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip sains dan teknik-teknik yang bertujuan untuk menigkatkan prestasi olahraga. Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, dan Australia adalah beberapa negara yang sudah sangat intensif menginplementasikan iptek olahraga yang canggih. Hasilnya, prestasi atlet pun terdongkrak di berbagai cabang olahraga.


Menurut Djoko kendala saat ini adalah masih banyak riset yang belum berorientasi pada need and problem. Maksudnya, praktisi dan akademisi sibuk bermain pada zona masing-masing. Diakui anggaran riset di Indonesia masih terbatas.


“Anggaran riset di Indonesia untuk tahun anggaran 2013-2014, hanya 0,9 persen. Padahal Jepang menyiapkan dana 3 persen untuk riset, Tiongkok 1,9 persen, dan India 1,2 persen,” ujar Djoko.


Untuk program pengembangan iptek keolahragaan, Djoko Pekik mengusulkan agar Indonesia merancang pendirian Institut Olahraga Indonesia bersama Kemdikbud, menyelenggarakan riset tepat guna bersama pengurus besar cabang olahraga bekerja sama dengan Perguruan Tinggi (PT).


Ketua Bidang Sport Science dan Iptek KONI dr. Zainal Abidin mengatakan tujuan dan pentingnya peran iptek terhadap pelaku olahraga yakni, untuk mengetahui performa atlet, intesitas latihan dan untuk evaluasi hasil latihan.


"Dari tiga itu, maka para atlet Indonesia saya yakin akan bisa menemukan penampilan terbaiknya dalam bertanding. Kalau negara kita secara serius menerapkan sport science, olahragawan kita bisa berbicara banyak di dunia internasional," katanya.


Sayangnya, di Indonesia ilmu ini masih belum mendapat tempat. Kesadaran pengurus cabang olahraga dan pelatih soal pentingnya penerapan ilmu tersebut masih rendah. Ini dikarenakan penerapan iptek olahraga masih minim dan belum mencapai 50 persen.


Dia mencontohkan, untuk sepak bola misalnya, PSSI belum menerapkan sepenuhnya sport science, padahal sudah lama ia mengusulkannya.


“Sudah lama saya mengusulkan PSSI menerapkan sport science kepada para pemainnya. Namun ternyata PSSI belum menjalankannya,” jelas kepala Bidang Kesehatan Olahraga Satlak Prima itu.


Misalnya saja, untuk pemain depan minimal mereka harus mampu berlari 11-12 detik untuk jarak 100 meter, pemain tengah 12-13 detik untuk 100 meter, dan pemain belakang 12-14 detik. Ini sebagai standar tes bagi pesepak bola.


“Sementara untuk jarak 8.000 meter, seorang striker minimal harus mampu berlari 40-42 detik, pemain tengah (38-40 detik), dan pemain belakang (40-42 detik). Seorang pemain sepakbola harus bisa memenuhi ketentuan ini,” ujar Zainal.


Namun disadari penerapan sport science di Indonesia bukanlah perkara mudah. Selain kesadaran yang kurang dari pengurus besar cabang olahraga maupun pelatih, Zainal juga menyoroti soal peralatan sport science yang masih minim dan kendala lainnya yang menghambat.


Penulis: H-15/JAS





Halaman tips trick jumper phonsel ini akan selalu diperbaharui bila admin menemukan lagi pada persamaan yang mirip postingan : Tingkatkan Performa, Atlet Indonesia Harus Terapkan Sains Olahraga

Related Post

Random Post

Loading...

Tidak ada komentar