PBB:10 Tahun Terakhir, 100 Juta Orang Diselamatkan dari Kelaparan
Roma – Jumlah orang kelaparan di dunia telah mengalami penurunan sebanyak 100 juta dalam 10 tahun terakhir tapi satu dari sembilan orang masih berada dalam kondisi kekurangan gizi, dimana benua Asia sebagai rumah bagi sebagian besar orang yang kekurangan pangan. Demikian disampaikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Selasa (16/9).
Badan urusan pangan milik PBB mengatakan jumlah itu secara global turun lebih dari 200 juta sejak awal 1990-an, tapi PBB memperingatkan ada kemajuan yang dihasilkan, “sekitar 805 juta orang di dunia, atau satu dari sembilan orang, masih menderita kelaparan.”
Akan tetapi peperangan untuk mengurangi kelaparan menjadi lebih sulit karena tidak hanya adanya konflik-konflik di Timur Tengah dan Afrika, melainkan juga karena adanya krisis Ebola.
Millenium Development Goal atau Tujuan Pembangunan Millenium adalah untuk mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang kekurangan gizi pada 2015 sudah berada dalam jangkauan “jika dilakukan peningkatan usaha yang tepat dan segera,” demikian disampaikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD) dan Program Pangan Dunia (WFP) dalam laporan tahunan.
Sampai saat ini, sebanyak 63 negara berkembang telah mencapai target dan enam negara lain masih berada di jalurnya untuk mencapai target tersebut di 2015, ungkap mereka.
“Ini adalah bukti bahwa kita bisa memenangkan perang melawan kelaparan dan harus menginspirasi negara-negara untuk bergerak maju, dengan bantuan dari masyarakat internasional yang diperlukan,” demikian menurut pernyataan bersama dari badan-badan itu.
Namun, “tantangan terbesar untuk mencapai angka “nol kelaparan” merupakan sebuah konflik yang berubah menjadi krisis pangan, seperti di Irak, Suriah, Sudan Selatan dan Afrika Tengah, serta krisis Ebola yang mempengaruhi Guinea, Nigeria dan Sierra Leone,” kata kepala WFP Ertharin Cousin kepada wartawan pada penyampaian laporan pembuka.
“Orang sakit tidak bisa memanen tanaman mereka dan kerugian panen ini akan berdampak cukup besar, mempengaruhi hingga 1,3 juta orang,” ujarnya.
Laporan “Kerawanan Pangan Negara di Dunia” atau “State of Food Insecurity in the World” menyebutkan akses terhadap pangan meningkat pesat di negara-negara yang kemajuan perekonomiaan terlihat secara keseluruhan, terutama di Asia Timur dan Asia Tenggara, tapi juga di Asia Selatan dan Amerika Latin.
Namun, meskipun ada kemajuan signifikan secara keseluruhan, sejumlah daerah dan sub-daerah tengah berjuang, dengan lebih dari satu dari empat orang yang masih kekurangan gizi kronis di Afrika Sub-Sahara, sedangkan Asia sebagai rumah bagi mayoritas penduduk yang menderita kelaparan mencapai sekitar 526 juta orang.
Sementara itu sebanyak 25 negara telah mencapai “target World Food Summit (WFS) yang lebih ambisius untuk mengurangi separuh jumlah penduduk yang kekurangan gizi pada 2015”, PBB mengatakan “waktu semakin habis untuk mencapai target WFS di tingkat global.”
Sementara itu banyak negara-negara berkembang yang masih berjuang untuk memperbaiki akses ke makanan bagi orang-orang miskin, diet yang buruk pun menghambat peperangan melawan gizi buruk pada yang lainnya, sehingga mendorong munculnya masalah kesehatan yang serius.
“Meskipun ada peningkatan yang cukup besar selama dua dekade terakhir, berhentinya masa pertumbuhan, kekuarangan berat badan dan kekurangan mikronutrien masih tetap tinggi, bahkan ketika ketersediaan dan akses tidak lagi menimbulkan masalah,” demikian menurut laporan itu.
Di Afrika Sub-Sahara, yang dilanda ketidakstabilan politik, perang dan perselisihan antar warga sipil, pertumbuhan pendapatan mengalami perlambatan, tingkat kemiskinan yang tinggi dan buruknya infrastruktur telah menghalangi akses ke persediaan makanan yang terbatas, sehingga menyebabkan kondisi kerdil dan berat badan rendah yang lazim terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).
Tidak ada komentar