Fira Basuki: Penulis Sekarang Sering Terjebak Keglamoran


Jakarta - Di masa sekarang ini, khususnya di perkotaan, seseorang bisa saja menulis, mencetak, dan mendistribusikan bukunya sendiri. Ada cara instan seperti ini. Namun, untuk menjadi penulis buku fiksi yang berkualitas bukan hal mudah. Ada beberapa hal yang diharapkan pembaca dan sebaiknya dipuaskan oleh penulis. Sayangnya, saat ini, banyak penulis terjebak dalam pengemasan yang berlebihan, demikian kata tiga penulis.


"Banyak penulis sekarang (muda) yang sepertinya kesulitan mencari ide penulisan. Sehingga mereka mencoba menulis dengan mencari kehebohan dan keglamoran. Setting dibuat di luar negeri, banyak menggunakan kata-kata Bahasa Inggris, dan lainnya," kata pemimpin redaksi majalah sekaligus penulis buku Fira Basuki, di Jakarta, Kamis (22/8).


Menurut Fira, saat ini jarang ada buku karangan anak bangsa yang ditulis dengan kesederhanaan namun kaya makna. Sementara buku-buku yang diterbitkan oleh penulis-penulis Indonesia di masa lampau banyak memiliki ciri ini. Dalam pandangannya, penulisan seperti ini justru akan menjadi kekuatan, karena ampuh mengajak pembaca terbuai dan terhanyut dalam cerita.


"Sebab, saat membaca adalah kesempatan seseorang untuk menelaah dan mengenal diri sendiri (bukan sekadar membayangkan keglamoran)," imbuh Fira.


Senada dengan Fira, penulis muda Andrei Aksana juga merasa penulis sekarang banyak yang terjebak dalam keglamoran pengemasan. "Penulis sekarang memang banyak yang terkesan terjebak atau memaksa penulisan bukunya mengambil setting di luar negeri, berbahasa asing. Itu artinya pengemasannya berlebihan. Padahal, buku harusnya berfokus untuk membuat pembacanya serasa melayang ke alur cerita dan membuai emosi," jelas Andrei.


Di saat bersamaan, seorang penulis senior dan mantan pemimpin redaksi Her World Indonesia, Sari Narulita, cenderung menatap perbedaan penulis muda masa kini dengan penulis di masa lalu dalam hal gaya bahasa. "Anak-anak masa sekarang cenderung dinamis dan agresif. Lebih menyukai hal yang spontan. Hal ini tercermin pula dalam hal gaya bahasa penulisan. Sementara penulis di masa lalu cenderung puitis dan bahasa yang mendayu," ujar Sari.


Lebih lanjut, Sari yang baru saja meluncurkan bukunya yang bertajuk Damn! Lebih dari Cinta berpendapat, penulis masa sekarang banyak yang terdorong emosi dan keinginannya cukup banyak serta beragam. "Sementara penulis di masa lampau, terutama yang senior, lebih terarah dan memilih setting yang tenang. Hal ini kemudian melahirkan karya-karya yang lebih fokus," kata Sari.


Menurut Sari, saat ini ada banyak cara untuk seseorang menerbitkan buku, tak sedikit yang memilih untuk memakai jalan instan dengan menerbitkan sendiri. "Saya pribadi lebih suka bekerja sama dengan pihak profesional. Saya tahu karya saya akan ditelaah dulu oleh orang-orang yang tahu bidang penulisan, sehingga sudah terbukti baik saat akan diterbitkan. Tidak instan dengan cara ringkas," kata Sari.


Fira berharap, penulis-penulis zaman sekarang mau belajar lebih lagi pada penulis-penulis Indonesia di masa lampau dan tak terjebak dalam keglamoran. Menurut Fira, penulis masa lalu memiliki cara tersendiri, kekhasan masing-masing, dan mampu menghadirkan makna dalam penulisan, meski berbungkus kesederhanaan maupun keseharian.





Halaman tips trick jumper phonsel ini akan selalu diperbaharui bila admin menemukan lagi pada persamaan yang mirip postingan : Fira Basuki: Penulis Sekarang Sering Terjebak Keglamoran

Related Post

Random Post

Loading...

Tidak ada komentar